Merokok bukan sekadar aktivitas konsumsi produk tembakau. Di Indonesia, ia telah menjadi bagian dari kehidupan sosial, adat istiadat, bahkan simbol maskulinitas dan keakraban. Budaya merokok memiliki akar yang dalam dan berkembang dari masa ke masa. Artikel ini akan mengulas bagaimana rokok menjadi bagian dari budaya Indonesia, serta bagaimana perubahan zaman mulai menggeser persepsi dan praktik merokok di masyarakat.


Bab 1: Merokok dalam Perspektif Sejarah

Tradisi merokok di Indonesia dapat ditelusuri sejak zaman kolonial. Pada abad ke-19, masyarakat Jawa mulai memadukan tembakau dan cengkeh untuk membuat rokok kretek. Rokok jenis ini menjadi ciri khas Indonesia yang tidak ditemukan di negara lain.

Merokok saat itu bukan hanya soal kenikmatan, tetapi juga simbol status sosial. Bangsawan dan tokoh adat kerap merokok menggunakan pipa tembakau khas atau kretek lintingan yang dibakar dalam upacara tradisional.


Bab 2: Rokok sebagai Simbol Keakraban

Di banyak wilayah pedesaan, menawarkan rokok adalah bentuk penghormatan. Ketika tamu datang, tuan rumah biasanya akan menyuguhkan teh dan rokok sebagai wujud sambutan hangat.

Merokok juga menjadi kegiatan sosial yang mempererat ikatan antarindividu. Di warung kopi, pos ronda, atau ladang, rokok sering dibagi-bagikan sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan.

“Satu batang rokok bisa mempertemukan orang asing jadi kawan di satu isapan.”


Bab 3: Merokok dalam Ritual dan Tradisi

Beberapa tradisi adat bahkan melibatkan rokok secara simbolik. Misalnya:

  • Upacara adat Madura: Ada tradisi memberikan rokok kepada tetua adat sebagai bentuk penghormatan.

  • Pernikahan adat Betawi: Dalam prosesi seserahan, rokok kadang disertakan sebagai lambang kedewasaan calon pengantin pria.

  • Upacara suku di Kalimantan dan Papua: Merokok pipa adat menjadi bagian dari persembahan spiritual.

Budaya ini memperlihatkan bahwa rokok bukan sekadar produk, melainkan bagian dari nilai budaya masyarakat.


Bab 4: Persepsi Gender dalam Budaya Merokok

Merokok di Indonesia juga memiliki dimensi gender yang kuat. Di banyak daerah, merokok masih dianggap sebagai simbol maskulinitas.

Pria yang merokok sering diasosiasikan dengan “dewasa”, “kuat”, atau “berani”. Namun, perempuan yang merokok masih menghadapi stigma sosial, meskipun tren ini mulai bergeser di kota-kota besar.


Bab 5: Dampak Budaya Merokok terhadap Generasi Muda

Budaya merokok yang sudah mengakar ini memiliki dua sisi. Di satu sisi, ia menciptakan identitas budaya dan sosial; di sisi lain, ia membuka ruang normalisasi merokok sejak usia muda.

Banyak anak remaja mengenal rokok sejak kecil karena melihat ayah, paman, atau lingkungan sekitar. Bahkan di beberapa tempat, rokok di berikan sebagai hadiah kepada pekerja muda.

Pemerintah dan organisasi masyarakat telah berupaya mengedukasi bahwa budaya tidak selalu berarti positif jika membawa dampak kesehatan.


Bab 6: Rokok dalam Seni dan Sastra Indonesia

Rokok juga muncul dalam berbagai karya sastra dan film sebagai bagian dari narasi tokoh:

  • Dalam novel Pramoedya Ananta Toer, tokoh utama sering di gambarkan merenung sambil merokok.

  • Di film seperti “Nagabonar”, merokok menjadi bagian dari karakterisasi tokoh utama yang kharismatik dan keras.

Visual merokok memperkuat simbolisasi karakter, terutama dalam konteks laki-laki bijak, pejuang, atau perenung.


Bab 7: Perubahan Zaman dan Gaya Merokok

Saat ini, gaya merokok mulai berubah. Munculnya rokok elektrik (vape) dan rokok berfilter modern menciptakan gaya baru yang lebih urban dan dinamis. Ini mulai menyaingi tradisi rokok lintingan atau non-filter.

Di kota-kota besar, konsumen rokok lebih memilih gaya praktis dan tampilan yang lebih “clean” di banding rokok non-filter klasik.

Namun demikian, di daerah pedesaan dan komunitas tradisional, rokok kretek masih menjadi pilihan utama karena rasanya yang kuat dan harga yang terjangkau.


Bab 8: Industri Rokok dan Pelestarian Budaya

Banyak produsen lokal, termasuk Bokormas, tetap mempertahankan varian rokok yang berakar kuat pada tradisi, seperti:

  • Kretek non-filter khas Jawa

  • Kemasan klasik

  • Pemberdayaan petani tembakau lokal

Bokormas juga turut mengangkat nilai-nilai budaya lewat pendekatan storytelling dalam produknya — bahwa setiap batang rokok adalah hasil dari warisan dan kerja keras generasi terdahulu.


Bab 9: Tantangan di Era Modern

Di tengah meningkatnya kampanye anti-rokok dan kesadaran kesehatan, budaya merokok menghadapi tantangan besar:

  • Zona bebas rokok di tempat umum semakin diperluas

  • Kenaikan cukai rokok terus meningkat setiap tahun

  • Iklan rokok di batasi, bahkan di larang di televisi

Namun demikian, tantangan ini juga membuka ruang untuk transformasi — termasuk inovasi produk dan edukasi yang lebih bertanggung jawab.

Baca juga Membedah Perbedaan Rokok Filter dan Non-Filter

Budaya merokok di Indonesia adalah refleksi dari identitas sosial, kebersamaan, dan tradisi lokal. Meskipun merokok membawa risiko kesehatan yang nyata, peran budaya dan sejarahnya tidak bisa di hapus begitu saja.

Sebagai bagian dari industri yang bertanggung jawab, Bokormas tidak hanya menjual produk rokok, tetapi juga merawat nilai dan makna di baliknya. Melalui edukasi dan adaptasi, Bokormas mendukung pemahaman yang lebih sehat dan sadar akan warisan budaya merokok di Indonesia.